
Puasa adalah ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan menahan diri dari makan-minum dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
📌 Puasa Ramadhan adalah kewajiban yang telah ditetapkan Allah ‘Azza wa Jalla, Allah Ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [البقرة: 183]
{Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa kepada Allah} [Al-Baqarah : 183] Dan Rasulullah ﷺ bersabda,
«بني الإسلام على خمس، شهادة ألا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وحج البيت، وصوم رمضان». صحيح البخاري (8)، صحيح مسلم (16)
“Islam dibangun di atas 5 perkara; mendirikan salat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan.” Sahih al-Bukhari (8), Sahih Muslim (16)
📌 Puasa wajib bagi setiap muslim dewasa yang berakal sehat dan mampu berpuasa.
📌 Mengikat niat puasa Ramadhan: Ia harus berniat puasa sebelum fajar, dan jika ia tidak berniat hingga fajar, maka puasanya batal.
📌 Cukuplah bagi seorang niat puasa Ramadhan di awal bulan untuk puasa seluruh bulan Ramadhan, maka dia tidak perlu niat puasa setiap malam, kecuali ada sebab yang membolehkan berbuka, sehingga dia berbuka dipertengahan bulan, maka harus memperbaharui niat untuk melanjutkan puasa.
📌 Dibolehkan menjadikan acuan azan yang disiarkan oleh beberapa stasiun radio atas masuknya waktu Subuh dan Maghrib, serta aplikasi waktu salat yang terpercaya, dengan syarat dipastikan telah diatur waktunya di ponsel.
📌 Yang diperbolehkan berbuka puasa di bulan Ramadhan:
🍀 Pertama: Pasien yang membahayakan dirinya jika berpuasa.
🍀 Kedua: Orang yang bepergian.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
{فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ} [البقرة: 185]
{Siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain.} [Al-Baqarah: 185]
🍀 Ketiga: wanita Haid dan Nifas. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
«كانت إحدانا تحيض على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فنؤمر بقضاء الصوم ولا نؤمر بقضاء الصلاة»
“Salah seorang dari kami sedang haid pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kami diperintahkan untuk mengganti puasa, tetapi kami tidak diperintahkan untuk mengganti Salat.”
🍀 Keempat: Wanita hamil dan menyusui diperbolehkan berbuka puasa jika mereka khawatir terhadap diri mereka sendiri dan janin atau bayi yang mereka susui, maka mereka harus mengqadhanya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إن الله وضع عن المسافر شطر الصلاة، وعن الحامل والمرضع الصوم أو الصيام»
“Allah telah menetapkan setengah salat bagi musafir (qasar), dan puasa bagi ibu hamil dan menyusui.” Sedangkan jika dia mampu berpuasa dan tidak membahayakan dirinya, janinnya atau bayinya, maka dianjurkan baginya untuk berpuasa.
🍀 Kelima: Mereka yang tidak mampu berpuasa karena usia tua atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Ibnu Abbas menjelaskan firman Allah;
{وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِaدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ}
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.”,
Yaitu kakek, nenek yang mereka tidak sanggup berpuasa maka ganti dengan memberi makan satu orang miskin setiap harinya”
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarganya, dan para sahabatnya.
Saudara-saudariku yang tercinta, bagikan nasehat ini kepada orang yang kamu cintai! Tulis juga komentar kamu disini. Bisa jadi, ini menjadi sebab hidayah atau pengingat bagi yang lupa, serta dicatat sebagai amal jariyah dengan pahala yang terus mengalir dan semoga usaha kecil ini menjadi jalan ampunan dosa dan mendatangkan pahala besar dari Allah. 🌹
“Orang yang menunjukan kepada kebaikan sama seperti orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi pahala orang yang mengamalkannya." (HR. Muslim)
Sumber:
الشرح الممتع على زاد المستقنع لابن عثيمين (6/ 301).
فتاوى نور على الدرب لابن باز (16/ 3).
فتاوى أركان الإسلام لابن عثيمين (449).