
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, derasnya fitnah, dan gelombang syubhat yang saling berebut, banyak manusia lalai dari sumber yang jernih dan harta karun yang agung. Padahal, itu adalah sesuatu yang dapat menerangi hati, menentramkan jiwa, dan menuntun kehidupan. Ia adalah kalamullah, Al-Qur’an Al-‘Azhim, yang tidak akan pernah tersentuh kebatilan dari depan maupun belakangnya.
Kitab yang penuh mukjizat ini, dengan ayat-ayatnya yang jelas dan surah-surahnya yang mulia, memiliki keutamaan tertentu. Allah telah memberikan keutamaan pada sebagian surah dan ayat dibandingkan yang lain karena kandungan makna dan tujuan agung di dalamnya.
Di antara permata-permata berharga itu, terdapat sebuah ayat yang bercahaya, indah, dan mulia. Para ulama sepakat tentang kedudukannya yang tinggi, karena kandungannya yang luar biasa. Ia menjadi pelita yang membimbing, sekaligus stasiun keimanan yang menjadi bekal bagi setiap muslim. Itulah:
Ayat Kursi.
Sebuah ayat yang menghimpun pokok-pokok tauhid, dasar-dasar iman, serta menampakkan Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang Maha Tinggi. Maka, pantaslah ia dinobatkan sebagai “Ayat yang paling agung dalam Kitabullah.”
Lalu, apa rahasia di balik keagungannya? Apa saja makna dan harta karun yang terkandung di dalamnya, hingga kita perlu merenungkan dan mengamalkan kandungannya? Mari kita selami lautan ayat yang penuh berkah ini, untuk menemukan rahasianya, merasakan manisnya makna, dan meraih keberkahannya.
Ayat Teragung dalam Al-Qur’an: Ayat Kursi
Allah Ta‘ala memang memberikan keutamaan pada sebagian surah, seperti keutamaan Surah Al-Fatihah sebagai Ummul Qur’an. Demikian pula, Allah melebihkan sebagian ayat atas yang lain. Dan puncaknya adalah Ayat Kursi.
Dari Ubay bin Ka‘b, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟ … قَالَ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}. قَالَ: فَضَرَبَ فِي صَدْرِي، وَقَالَ: وَاللهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ، أَبَا الْمُنْذِرِ».
“Wahai Abu al-Mundzir, tahukah engkau ayat mana dari Kitabullah yang paling agung bersamamu?” … Ia menjawab: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} (Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri sendiri). Beliau pun menepuk dadaku seraya bersabda: Demi Allah, semoga ilmu itu membahagiakanmu, wahai Abu al-Mundzir.” (HR. Muslim, no. 810)
Inilah Ayat Kursi, yang terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 255:
﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ﴾ [البقرة: 255]
“Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang di langit dan apa yang di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.” (Surah Al-Baqarah ayat 255)
Rasulullah ﷺ memberi selamat kepada Ubay bin Ka‘b atas ilmu bermanfaat ini. Karena ia termasuk yang paling paham Al-Qur’an di kalangan umat ini. Dan pemahaman semacam itu bukan hanya bacaan, tetapi juga ilmu dan amal.
Ayat Kursi adalah ayat teragung karena mengandung pokok agama, dasar-dasar iman, serta nama-nama Allah yang indah dan sifat-sifat-Nya yang luhur. Dan tidak ada ilmu yang lebih bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu Al-Qur’an.
Dari Jabir, Rasulullah ﷺ bersabda:
«سَلُوا اللهَ عِلْمًا نَافِعًا، وَتَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ».
“Mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat, dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (HR. Ibnu Majah, no. 3843, hasan)
Dari Ummu Salamah, Nabi ﷺ apabila selesai shalat Subuh, beliau berdoa:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا».
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah, no. 925, shahih)
Banyak orang mengejar ilmu yang sesungguhnya tidak bermanfaat, meskipun mereka bangga dan bersusah payah meraihnya. Namun, bila tidak disertai iman, amal shalih, dan pelayanan terhadap kebenaran, maka ilmu itu menjadi sebab kerugian. Allah berfirman:
﴿ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى﴾ [النجم: 30]
“Itulah kadar pengetahuan mereka. Sungguh, Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” [Surah An-Najm: 30]
Al-Farra’ berkata: “Allah merendahkan mereka dan mengecilkan urusan mereka. Itu adalah kadar akal dan puncak ilmu mereka, yakni mereka lebih mengutamakan dunia daripada akhirat.” [Tafsir Al-Qurthubi, 17/105]
Namun, ilmu tentang Kitabullah, terlebih memahami Ayat Kursi, adalah ilmu yang benar-benar bermanfaat. Ia menumbuhkan rasa takut kepada Allah, menambah iman, dan mendorong amal shalih.
Tafsir Ayat Kursi
Ayat mulia ini memuat sepuluh kalimat pokok. Setiap kalimat adalah kaidah agung dalam akidah, menampakkan kesempurnaan Allah dan kebesaran-Nya.
1. Awal ayat dengan ﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ﴾ – Tauhid Uluhiyah
Ini adalah kalimat pertama, dasar tauhid, rukun pertama Islam, sekaligus poros seluruh risalah para nabi.
Maknanya: Allah satu-satunya ilah bagi seluruh makhluk, tiada sesembahan yang benar selain Dia. Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tanpa sekutu dan tanpa tandingan.
Dengan kalimat inilah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Atas dasar kalimat ini pula langit dan bumi ditegakkan. Karena kalimat ini, surga dan neraka diciptakan.
Allah berfirman:
﴿وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ﴾ [الأنبياء: 25]
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” [Surah Al-Anbiya: 25]
﴿يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ﴾ [النحل: 2]
“Dia menurunkan para malaikat dengan membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya: ‘Peringatkanlah bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka bertakwalah kepada-Ku.’” [Surah An-Nahl: 2]
Inilah inti keimanan. Dengan kalimat ini, seseorang berpindah dari kufur menuju Islam, dari syirik menuju tauhid, dari menyembah makhluk menuju menyembah Sang Khaliq yang sebenar-benarnya.
2. ﴿الْحَيُّ الْقَيُّومُ﴾
Dua nama agung dari Asmaul Husna ini termasuk yang paling mulia.
“Al-Ḥayy” (Yang Maha Hidup):
Artinya, Allah hidup dengan kehidupan yang sempurna, tanpa didahului oleh ketiadaan, tidak akan pernah mati, fana, atau berkurang. Kehidupan-Nya bersifat azali (tanpa permulaan) dan abadi (tanpa akhir). Dialah yang memberi kehidupan kepada makhluk.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah ﷺ biasa berdoa:
«اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي، أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ».
“Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku kembali, dan dengan (petunjuk)-Mu aku berdebat. Ya Allah, aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau, agar Engkau tidak menyesatkanku. Engkaulah Yang Mahahidup yang tidak mati, sementara jin dan manusia akan mati.” (HR. Muslim, no. 2717)
“Al-Qayyūm” (Yang Maha Berdiri Sendiri dan Menegakkan Segala Sesuatu):
Maksudnya, Allah berdiri sendiri, tidak membutuhkan siapa pun. Dialah yang menegakkan dan mengatur seluruh makhluk. Semua yang ada di alam semesta tidak akan tegak kecuali dengan izin, pengaturan, dan penjagaan-Nya.
Allah berfirman:
﴿أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ﴾ [الرعد: 33]
"Maka apakah (Allah) yang menjaga setiap jiwa terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang lain)?" (Ar-Ra’d: 33)
Ibnu Qutaibah berkata: “Dialah Allah, yang berdiri di atas setiap jiwa dengan apa yang ia perbuat, mengambilnya karena dosa dan memberinya pahala karena kebaikan.” (Gharibul Qur’an, hlm. 228)
Dari Anas bin Malik, ia berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ: يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ».
“Apabila Nabi ﷺ ditimpa suatu kesulitan, beliau berdoa: Wahai (Allah) Yang Mahahidup, Yang Mahaberdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan.” (HR. at-Tirmidzi, no. 3524; hasan. Disebutkan juga dalam Shahih al-Jami’, no. 4777)
Dalam riwayat lain, Anas bin Malik berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepada Fathimah:
«مَا يَمْنَعُكِ أَنْ تَسْمَعِي مَا أُوصِيكِ بِهِ، أَنْ تَقُولِي إِذَا أَصْبَحْتِ وَإِذَا أَمْسَيْتِ: يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ».
“Apa yang menghalangimu untuk mendengarkan apa yang aku wasiatkan kepadamu? Yaitu agar engkau mengucapkan ketika pagi dan sore: Wahai (Allah) Yang Mahahidup, Yang Mahaberdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku, dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata.” (HR. an-Nasa’i dalam As-Sunan al-Kubra, no. 10330; hasan. Disebutkan juga dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib, no. 661)
Nama Allah Teragung dalam Ayat Kursi
Ayat Kursi juga mengandung Ismullāh al-A‘ẓam (Nama Allah Yang Teragung), yang bila dipanjatkan dalam doa pasti dikabulkan, dan bila diminta dengannya pasti diberi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ، فِي سُوَرٍ ثَلَاثٍ: الْبَقَرَةِ، وَآلِ عِمْرَانَ، وَطه».
“Nama Allah yang agung, yang apabila Dia dipanggil dengannya maka Dia akan menjawab, terdapat dalam tiga surah: Al-Baqarah, Ali ‘Imran, dan Thaha.” (HR. Ibnu Majah, no. 3856; shahih. Disebutkan juga dalam Shahih al-Jami’, no. 979)
-
Dalam Surah Al-Baqarah: ﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ﴾ [البقرة: 255]
-
Dalam Surah Ali Imran: ﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ﴾ [آل عمران: 2]
-
Dalam Surah Thaha: ﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى﴾ [طه: 8]
Disebutkan dalam sebuah tafsir:
«{اللَّهُ}: adalah nama Allah yang teragung, yang Allah khususkan untuk diri-Nya, dan Dia dahulukan dari semua nama-Nya. Ia adalah nama yang menghimpun seluruh sifat kesempurnaan, dan setiap nama Allah adalah sifat bagi-Nya. Nama ini menunjukkan bahwa hanya Dialah yang berhak disembah, dan tidak ada sesembahan lain selain Dia.» [Tafsir al-Qur’an ats-Tsari al-Jami‘, 1/507]
Sebagian ulama juga berpendapat bahwa Al-Ḥayy Al-Qayyūm adalah nama Allah yang teragung.
3. ﴿لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ﴾
Kalimat ini menunjukkan kesempurnaan hidup dan ke-Maha Qayyum-an Allah secara mutlak.
“As-Sinah” adalah kantuk yang mendahului tidur. Allah Mahasuci dari segala sifat kekurangan; Dia tidak mengantuk dan tidak tidur, karena kesempurnaan hidup-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya.
Dari Abu Musa al-Ash‘ari ra., ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللهَ عز وجل لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ - وَفِي رِوَايَةٍ: النَّارُ -، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ».
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak tidur, dan tidak layak bagi-Nya untuk tidur. Dia merendahkan timbangan (keadilan) dan meninggikannya. Diangkat kepada-Nya amal malam sebelum amal siang, dan amal siang sebelum amal malam. Hijab-Nya adalah cahaya – dalam satu riwayat: api –. Seandainya Dia menyingkapkannya, niscaya pancaran wajah-Nya akan membakar segala sesuatu yang dicapai oleh pandangan-Nya dari makhluk-Nya.” (HR. Muslim, no. 179)
Ini menunjukkan betapa Allah selalu mengawasi, menjaga, dan mengatur seluruh alam. Dia tidak pernah lalai sekejap pun dan tidak tidur.
Pada hari kiamat, orang-orang yang mendustakan akan menyadari hakikat ini:
﴿يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ﴾ [المجادلة: 6]
“(Ingatlah) pada hari ketika Allah membangkitkan mereka semua lalu memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya, sedangkan mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Surah Al-Mujadilah: 6)
Insya Allah, kita akan melanjutkan pembahasan mutiara-mutiara Ayat Kursi pada Artikel berikutnya.
Ayat Kursi: Ayat Teragung dalam Al-Qur’an 👉 Lanjutkan artikelnya di sini.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Allahumma salli wa sallim wa barik ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma'in.
#AlMosalySahabatIbadahMu
📝 Silahkan Tulis komentar kamu disini, semoga jadi inspirasi bagi yang lain.
Bagikan tulisan ini, ingatkan saudaramu…
“Siapa yang menunjukan kepada kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi pahala orang yang mengamalkannya." (HR. Muslim)