
Sesungguhnya hidupnya para ulama adalah kehidupan bagi umat; mereka adalah penopang keamanan, cahaya bagi pandangan batin umat, dan wafatnya para ulama adalah musibah besar yang mengguncang hati serta menjadi tanda menyebarnya kebodohan dan munculnya bid‘ah.
Umat Islam memiliki pilar-pilar yang menjaga agamanya dan mempertahankan identitasnya, dan di barisan terdepan pilar itu adalah para ulama — pewaris para nabi, pembawa wahyu, penjaga syariat, serta lentera petunjuk di tengah gelapnya fitnah.
Apabila para ulama wafat, maka tanda-tanda petunjuk akan terangkat, musibah menjadi besar, dan bala menimpa, sebab umat tidak bisa hidup tanpa mereka walau sekejap mata. Lubang besar akibat wafatnya para ulama tidak dapat tertutup oleh apa pun.
Keutamaan Para Ulama
Allah Ta‘ala telah mengangkat derajat para ulama dan menjadikan mereka saksi atas keesaan-Nya.
﴿ شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴾
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, (demikian pula) para malaikat dan orang-orang berilmu (menyatakan yang demikian itu), yang menegakkan keadilan. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Surah Āli ‘Imrān: 18.
Ulama adalah Pewaris Para Nabi
Rasulullah ﷺ memberitakan bahwa mereka adalah pewaris para nabi, para pembawa agama ini, melalui mereka diketahui mana yang benar dan mana yang batil, dan dengan mereka pula hujjah ditegakkan atas manusia.
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:
«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ»
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu. Dan sesungguhnya seluruh penghuni langit dan bumi, bahkan ikan-ikan di laut, memohonkan ampun untuk penuntut ilmu. Keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan ilmu. Siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang besar.”
(Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3641, at-Tirmidzi no. 2877, dan Ibnu Mājah no. 223)
Para ulama menyampaikan ajaran dari para nabi, meneladani petunjuk mereka, dan mengajarkan agama kepada umat.
Allah Mengangkat Derajat Mereka
﴿ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ﴾
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Surah al-Mujādilah: 11.
Ini menunjukkan kemuliaan ilmu dan pemiliknya di dunia dan akhirat. Mereka adalah manusia paling mulia derajatnya di sisi Allah.
Ilmu Bertahan dengan Bertahannya Para Ulama
Wafatnya para ulama adalah salah satu musibah terbesar bagi umat. Mereka adalah lentera petunjuk dan penjaga syariat. Dengan wafatnya mereka, hilanglah ilmu, pemahaman, dan cahaya. Betapa besar kerugian umat ketika kehilangan para ulama yang menjadi benteng dan rujukan dalam urusan agama dan dunia.
Ilmu terpelihara di dada para ulama. Bila mereka wafat, banyak ilmu yang ikut terkubur bersama mereka.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
«إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا»
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari dada manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Hingga ketika Dia tidak menyisakan seorang alim pun, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka ditanya, lalu berfatwa tanpa ilmu; mereka sesat dan menyesatkan.”
(HR. al-Bukhārī no. 100, Muslim no. 2673)
Hadits ini menunjukkan bahwa wafatnya para ulama bukan sekadar kehilangan individu, tetapi hilangnya penjaga syariat. Jika mereka tiada, orang-orang bodoh tampil dan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan. Fitnah pun menyebar, fatwa-fatwa menyimpang, dan kekacauan meluas.
Al-Qurthubi berkata:
“Pengangkatan ilmu bukan dengan menghapusnya dari dada, tetapi dengan wafatnya para ulama dan tertinggalnya orang-orang bodoh yang mengambil posisi ulama dalam fatwa dan pengajaran. Mereka berfatwa dengan kebodohan, sehingga tersebarlah kebodohan. Hal ini telah terjadi sebagaimana diberitakan Nabi ﷺ; ini termasuk tanda kenabiannya.”
(al-Mufhim, 6/705)
Ibn Baththāl berkata:
“Makna sabda Nabi ﷺ bahwa Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-hamba-Nya adalah bahwa Allah tidak akan menarik kembali ilmu setelah Dia menganugerahkannya, melainkan ilmu hilang karena ditinggalkannya pembelajaran dan wafatnya para pengemban ilmu.”
(Syarh Shahih al-Bukhari, 1/177)
Al-Qur’an mengisyaratkan hal ini:
﴿ أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا ﴾
“Tidakkah mereka melihat bahwa Kami mendatangi bumi, lalu Kami menguranginya dari tepinya?” Surah ar-Ra‘d: 41.
Sebagian salaf menafsirkan: “Kami menguranginya dari tepinya dengan wafatnya para fuqaha dan orang-orang shalih.” (Tafsir at-Thabari 16/498)
Dampak Wafatnya Para Ulama
Para ulama adalah penjaga syariat. Kepergian mereka berarti hilangnya ilmu dan keberkahan. Karena itu, umat wajib menghormati mereka, menimba ilmu dari mereka, mendoakan mereka, serta menjaga dan menyebarkan warisan ilmu mereka.
Wafatnya ulama dan fuqaha adalah musibah besar yang menimpa umat, lubang yang tak tertutup, dan luka yang tak kunjung sembuh.
عَنِ الْحَسَنِ قَالَ:
«مَوْتُ الْعَالِمِ ثَلْمَةٌ فِي الْإِسْلَامِ لَا يَسُدُّهَا شَيْءٌ مَا اخْتَلَفَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ»
“Wafatnya seorang alim adalah lubang dalam Islam yang tidak bisa tertutup selamanya, selama siang dan malam terus berganti.” (al-Zuhd, Ahmad bin Hanbal, hlm. 212)
Ketika Zaid bin Tsabit رضي الله عنه wafat, Ibn Abbas berkata:
«يَا هَؤُلَاءِ، مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَعْلَمَ كَيْفَ ذَهَابُ الْعِلْمِ، فَهَكَذَا ذَهَابُ الْعِلْمِ، وَايْمُ اللهِ لَقَدْ ذَهَبَ الْيَوْمَ عِلْمٌ كَثِيرٌ»
“Wahai manusia, siapa yang ingin mengetahui bagaimana ilmu itu hilang, maka seperti inilah hilangnya ilmu. Demi Allah, hari ini telah hilang ilmu yang banyak.” (al-Mu‘jam al-Kabīr, at-Thabrani, no. 4751)
Kewajiban Umat Saat Para Ulama Wafat
-
Segera Menuntut Ilmu:
Karena ilmu tidak diwariskan dalam buku, tapi di dada para ulama. -
Mengambil Pelajaran:
Kematian mereka mengingatkan untuk memperbaharui niat menuntut ilmu. -
Mendoakan Mereka:
Mereka telah menghabiskan hidup untuk mengajar. Doa adalah balasan terbaik.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:
«مَنِ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ، وَمَنْ سَأَلَ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ، وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ، وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ»
“Barang siapa memohon perlindungan kepada kalian dengan nama Allah, maka lindungilah dia. Barang siapa meminta dengan nama Allah, maka berikanlah. Barang siapa mengundang kalian, maka hadirilah. Dan barang siapa berbuat baik kepada kalian, maka balaslah. Jika kalian tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, maka doakanlah dia hingga kalian merasa telah membalasnya.” (HR. Abu Dawud no. 1672)
-
Menghormati yang Masih Hidup:
Dengan menghormati para ulama yang masih ada dan menimba ilmu dari mereka sebelum terhalang oleh waktu atau kematian. -
Menunaikan Amanah:
Para penuntut ilmu hendaknya memikul warisan itu dengan amanah dan menyebarkannya. -
Menyiapkan Generasi Baru:
Dengan mendukung lembaga pendidikan syar’i dan menghidupkan majelis ilmu.
Penutup yang Menggetarkan Hati
Wafatnya para ulama bukan sekadar kepergian pribadi mereka, melainkan hilangnya ilmu, padamnya cahaya, munculnya kebodohan dan fitnah, serta robohnya tiang-tiang hidayah.
Maka ambillah ilmu dari ulama-ulama kalian selagi mereka hidup. Hadirilah majelis mereka. Doakanlah yang telah wafat dan sebarkan ilmu mereka, karena itu sedekah jariyah bagi mereka dan juga bagi kalian.
اللَّهُمَّ احْفَظْ عُلَمَاءَنَا، وَاغْفِرْ لِمَوْتَاهُمْ، وَارْزُقِ الْأُمَّةَ خَلَفًا صَالِحًا يُقِيمُ الْحُجَّةَ وَيُحْيِي السُّنَّةَ.
“Ya Allah, jagalah para ulama kami, ampunilah mereka yang telah wafat, dan karuniakanlah bagi umat ini pengganti yang shalih yang menegakkan hujjah dan menghidupkan sunnah.”
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Allahumma salli wa sallim wa barik ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma'in.
#AlMosalySahabatIbadahMu
📝 Silahkan Tulis komentar kamu disini, semoga jadi inspirasi bagi yang lain.
Bagikan tulisan ini, niscaya engkau akan mendapat pahala…
“Siapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi pahala orang yang mengamalkannya." (HR. Muslim)