Pengaruh Iman Terhadap Asmaul Husna: Al-Awwal dan Al-Akhir

Diantara pengaruh iman terhadap kedua nama yang mulia ini (Al-Awwal, Al-Akhir):

1. Penetapan Sifat Allah melalui Nama-Nama-Nya (Al-Awwal dan Al-Akhir)

   Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Al-Awwal (Yang Awal) dan Al-Akhir (Yang Akhir), Dia yang memulai segala sesuatu dengan karunia tanpa sebab dan perantara, dan kepada-Nya lah segala urusan berakhir saat sebab-sebab dan perantara-perantara telah tiada.

2. Penghambaan kepada Allah dengan Nama-Nya (Al-Awwal dan Al-Akhir)

   Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan pengaruh ini dengan berkata: “Penghambaan kepada-Nya dengan Nama-Nya Al-Awwal menuntut untuk menanggalkan ketergantungan pada sebab-sebab, dan hanya memandang kepada semata-mata karunia dan rahmat-Nya yang mendahului, serta bahwa Dia-lah yang memulai kebaikan tanpa perantara dari hamba. Apapun perantara yang ada hanyalah ketiadaan mutlak, dan telah datang suatu masa dimana hamba belum menjadi sesuatu yang disebutkan (tidak ada). Dari-Nya lah persiapan, dari-Nya pula bantuan, dan karunia-Nya mendahului segala perantara. Perantara itu sendiri berasal dari karunia dan kebaikan-Nya. Barang siapa yang menempatkan Nama-Nya (Al-Awwal) dengan pemahaman ini, maka akan menghasilkan kefakiran yang khusus dan penghambaan yang istimewa.

   Penghambaan kepada-Nya dengan Nama-Nya (Al-Akhir) juga menuntut agar seseorang tidak bersandar dan bergantung kepada sebab-sebab serta tidak berhenti pada sebab-sebab tersebut, karena sebab-sebab itu pasti akan lenyap dan berakhir dengan akhir segala sesuatu. Ketergantungan kepada sebab-sebab adalah ketergantungan pada sesuatu yang akan lenyap dan berakhir, sementara ketergantungan kepada Al-Akhir adalah ketergantungan kepada Dzat yang hidup, yang tidak mati dan tidak hilang. Maka barang siapa yang bergantung kepada-Nya, patutlah ia untuk tidak lenyap dan tidak terputus."

3. Cinta kepada Allah sebagai Al-Awwal dan Al-Akhir

   Dia-lah Al-Awwal yang dari-Nya segala makhluk bermula, dan Al-Akhir yang kepada-Nya segala penghambaan, keinginan, dan cinta manusia berakhir. Maka, tidak ada yang lebih layak dicintai dan disembah selain Allah, sebagaimana tidak ada yang lebih awal dari-Nya dalam mencipta dan mengadakan segala sesuatu. Sebagaimana Dia-lah yang satu-satunya menciptakanmu, jadikanlah Dia satu-satunya tempat tujuan dalam penghambaan dan cintamu. Sebagaimana Dia yang memulai wujudmu dan menciptakanmu, jadikanlah Dia pula sebagai akhir dari cintamu, keinginanmu, dan penghambaanmu. Agar penghambaanmu kepada-Nya dengan Nama-Nya (Al-Awwal dan Al-Akhir) benar-benar sempurna. Kebanyakan manusia beribadah kepada-Nya dengan Nama-Nya (Al-Awwal), namun yang lebih penting adalah beribadah kepada-Nya dengan Nama-Nya (Al-Akhir). Inilah penghambaan para rasul dan para pengikutnya. Dia-lah Rabb semesta alam dan Ilah para rasul. Maha Suci dan Maha Terpuji Dia.”

4. Akhir Segala Urusan Kepada Allah

   Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata: “Segala tujuan dan akhir pasti kembali kepada-Nya:

 {وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلۡمُنتَهَىٰ} 

"Dan hanya kepada Tuhanmulah kesudahan segala sesuatu." [Surah An-Najm: 42] 

Dia-lah yang tidak memiliki akhir, baik dalam keberadaan-Nya maupun dalam keutamaan-Nya. Dia-lah Al-Awwal yang tidak ada sebelum-Nya sesuatu pun, dan Al-Akhir yang tidak ada setelah-Nya sesuatu pun, dan tidak ada batas untuk pujian dan pemberian-Nya. Bahkan, semakin seorang hamba bersyukur kepada-Nya, Dia menambah karunia kepadanya, dan semakin dekat seorang hamba kepada-Nya, Dia memperlihatkan kepada hamba tersebut kebesaran dan keagungan-Nya yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Dan demikianlah seterusnya, tanpa henti dan tanpa batas.”

Ringkasan dari *Thariq al-Hijratain* (hal. 19-20)

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.

Bagikan artikel ini agar mendapat pahala kepada orang yang kamu cintai dan bimbing mereka kepada kebaikan, dan jangan lupa tinggalkan komentarmu.

Orang yang menunjukan kepada kebaikan sama seperti orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi pahala orang yang mengamalkannya. (HR. Muslim)