Unduh AlMosaly Sekarang
Artikel Almosaly >> Keimanan

Berlomba-lomba dalam Kebaikan (1)

Berlomba-lomba dalam Kebaikan (1)
2025/09/16
415

Sesungguhnya umur kita sangat singkat, hari-hari kita terbatas, dan setiap hembusan napas pun terhitung. Setiap detik yang berlalu tidak akan kembali. Orang yang mendapat taufiq adalah mereka yang memanfaatkan umurnya untuk bersegera dalam kebaikan, bergegas dalam ketaatan sebelum datang halangan yang memutusnya dari amal. Karena itulah, kebiasaan orang-orang beriman dan ciri khas orang-orang saleh adalah: bersegera dalam kebaikan. Mereka tidak mengenal sikap menunda, tidak ridha dengan penangguhan, tetapi justru saling berlomba menuju ridha Allah, dan menjadikan setiap momen sebagai peluang keselamatan dan kemenangan.

Maksudnya adalah: segera melaksanakan ketaatan tanpa menundanya, serta bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu untuk mengerjakan amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta‘ala, dengan terus berjuang melawan hawa nafsu dalam hal itu.

Allah ‘azza wa jalla memerintahkan kita untuk bersegera dalam ketaatan, sebagaimana firman-Nya:

﴿فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ﴾ [البقرة: 148]

“Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (Surah Al-Baqarah: 148)

Imam ath-Tabari berkata: “Maka bersegeralah dan berlombalah,” dari kata al-istibaq, yaitu mendahului dan mempercepat.

Allah Ta‘ala juga berfirman:

﴿سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ﴾ [الحديد: 21]

“Berlomba-lombalah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar.” (Surah Al-Hadid: 21)

Perintah Allah ini menunjukkan kewajiban bersungguh-sungguh, berusaha keras, dan meninggalkan sikap malas atau menunda, sebab umur adalah modal yang singkat dan tidak layak untuk disia-siakan.

Kedudukan Berlomba dalam Kebaikan di Dalam Al-Qur’an

Allah memuji hamba-hamba-Nya yang ikhlas, yang senantiasa bersegera dalam kebaikan, dan menjadikannya sebagai salah satu ciri mereka. Allah berfirman tentang para nabi:

﴿إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ﴾ [الأنبياء: 90]

“Sesungguhnya mereka itu selalu bersegera dalam kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (Surah Al-Anbiya: 90)

Allah juga berfirman tentang orang-orang beriman:

﴿أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ﴾ [المؤمنون: 61]

“Mereka itu adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan, dan mereka menjadi orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” (Surah Al-Mu’minun: 61)

Itulah sifat para nabi, para wali Allah, dan setiap orang yang memahami hakikat dunia serta meyakini janji Allah.

Ini merupakan kesaksian dari Allah bagi orang-orang beriman, bahwa bersegera dalam kebaikan adalah bukti kejujuran iman, sekaligus tanda keteguhan takwa di dalam hati.

Allah juga berfirman:

﴿وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ﴾ [آل عمران: 133]

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Surah Ali ‘Imran: 133)

Ayat agung ini menjadikan sikap berlomba menuju surga sebagai syiar orang-orang beriman. Mereka tidak rela dengan kemalasan, tidak hanya berhenti pada batas kewajiban, tetapi terus menambah ketaatan, serta berlomba dengan yang lain di arena amal saleh.

Berlomba-lomba dalam Kebaikan dalam Sunnah Nabi ﷺ

Apabila Al-Qur’an telah menetapkan prinsip berlomba menuju ridha Allah dan memerintahkan hal itu, maka Sunnah Nabi ﷺ datang untuk menjelaskannya, memperinci, sekaligus menegaskan bahwa kehidupan seorang muslim hanyalah sebuah kesempatan yang terbatas, yang seharusnya dimanfaatkan oleh orang berakal sebelum ia hilang.

Di antara bimbingan Sunnah tentang hal ini adalah:

 

1. Dorongan untuk Memanfaatkan Umur Sebelum Hilang

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:
«‌نِعْمَتَانِ ‌مَغْبُونٌ ‌فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ.»

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Dua kenikmatan yang banyak manusia merugi dalam memanfaatkannya adalah: kesehatan dan waktu luang.” [Shahih al-Bukhari (6412)]

Hadits ini menjadi landasan penting untuk segera beramal saleh sebelum hilangnya dua nikmat agung: kesehatan dan waktu. Barang siapa menunda amal hari ini hingga esok, ia rugi. Dan barang siapa menyia-nyiakan masa mudanya serta kesehatannya, ia akan menyesal pada saat penyesalan sudah tidak berguna lagi.

 

2. Memanfaatkan Masa Muda dan Sehat

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ:
«اغتَنِمْ خمسًا قبلَ خمسٍ: ‌شبابَك ‌قبلَ ‌هَرَمِكَ، وصِحَّتَك قبلَ سَقَمِك، وغِناكَ قبلَ فقرِك، وفَراغَك قبلَ شُغلِك، وحياتَك قبلَ موتِك.»

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepada seorang laki-laki, sementara beliau menasihatinya: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” [(Shahih) al-Mustadrak ‘ala al-Sahihain (8043)]

 

3. Bergegas untuk Bertaubat dan Beramal Sebelum Datang Ajal

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ:
«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا ‌كَقِطَعِ ‌اللَّيْلِ ‌الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا.»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Bersegeralah dalam beramal (sebelum datang) fitnah-fitnah yang seperti potongan malam gelap gulita. Seseorang pada pagi hari masih beriman, namun di sore hari ia sudah kafir; atau di sore hari ia beriman, namun pagi harinya ia menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi keuntungan dunia yang sedikit.” [Shahih Muslim (118)]

Hadits ini menunjukkan bahwa menunda-nunda amal dapat membuat seorang hamba terhalangi oleh fitnah atau kematian, hingga akhirnya ia tidak sempat berbuat ketaatan. Gambaran yang jelas diberikan Nabi ﷺ: bergegaslah, jangan menunggu, sebab penghalang di dunia banyak, dan alasan manusia tidak akan pernah habis.

4. Bergegas dalam Amal Saleh Sebelum Kiamat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ:
«بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، أَوِ الدُّخَانَ، أَوِ الدَّجَّالَ، أَوِ الدَّابَّةَ، أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ، أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ.»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Bersegeralah dalam beramal sebelum datang enam perkara: terbitnya matahari dari barat, munculnya asap, keluarnya Dajjal, munculnya binatang melata (ad-dabbah), kematian salah seorang dari kalian, atau peristiwa besar yang menimpa seluruh manusia.” [Shahih Muslim (2947)]

Maksudnya, peristiwa-peristiwa besar ini akan menutup pintu taubat dan amal, sehingga manusia hanya akan mendapatkan apa yang telah ia perbuat sebelumnya.

Bergegas dan Tidak Menunda dalam Ketaatan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ:
«أَعْذَرَ اللهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً.»

Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Allah tidak lagi memberikan alasan (untuk tidak beramal) bagi seorang hamba yang telah dipanjangkan umurnya hingga mencapai enam puluh tahun.” [Shahih al-Bukhari (6419)]

Maksudnya: setelah usia enam puluh tahun, seorang hamba tidak lagi memiliki alasan untuk menunda-nunda ketaatan.

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«التُّؤَدَةُ فِي كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا فِي عَمَلِ الْآخِرَةِ.»

Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketenangan (perlahan-lahan) itu baik dalam segala hal, kecuali dalam perkara akhirat.” (Shahih) Sunan Abi Dawud (4810)]

Hadits ini menunjukkan bahwa dalam urusan dunia dianjurkan untuk tenang dan tidak tergesa-gesa, namun dalam urusan akhirat, justru sebaliknya: bersegera dan tidak menunda.

Bergegas Menuju Adzan dan Shaf Pertama

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ:
«لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لَاسْتَبَقُوا إِلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ، لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا.»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya manusia mengetahui (keutamaan) adzan dan shaf pertama, lalu mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, niscaya mereka akan melakukan undian itu. Seandainya mereka mengetahui (keutamaan) berangkat awal (ke masjid), niscaya mereka akan berlomba-lomba mendatanginya. Dan seandainya mereka mengetahui (keutamaan) shalat isya dan subuh berjamaah, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” [Shahih al-Bukhari (615), Muslim (437)]

Hadits ini berisi dorongan besar untuk bersegera menuju adzan, shalat berjamaah, dan berada di shaf pertama.

Datang Lebih Awal di Hari Jumat sebagai Bagian dari Kebaikan

عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَغَسَّلَ، وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ، وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ: صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا.»

Dari Aws bin Aws, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan memandikan (istrinya), kemudian berangkat lebih awal, mendekat (ke mimbar), mendengarkan khutbah dan diam memperhatikan, maka setiap langkah yang ia ayunkan akan dicatat baginya pahala seperti setahun penuh: puasa dan shalat malamnya.” [(Shahih) Sunan Abi Dawud (345), at-Tirmidzi (496)]

Hadits ini menegaskan bahwa bergegas menuju shalat Jumat merupakan salah satu bentuk dari berlomba dalam kebaikan.

Berlomba dalam Amal Kebaikan

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
«لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ، فَهْوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ.»

Dari Aws bin Aws, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada iri hati (yang dibolehkan) kecuali pada dua hal: seseorang yang Allah beri Al-Qur’an lalu ia membacanya siang dan malam, dan seseorang yang Allah beri harta lalu ia menginfakkannya siang dan malam.” [Shahih al-Bukhari (7529), Muslim (815)]

Hadits ini menjelaskan bentuk ghibthah (rasa ingin meniru dalam kebaikan), yaitu berlomba dalam amal yang bermanfaat.

Taubat dan Kembali kepada Allah Sebelum Kematian

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
«إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ ‌تَوْبَةَ ‌الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ.»

Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan (sebelum sakaratul maut).” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (3537), dan disahihkan oleh al-Albani

Hadits ini menegaskan pentingnya segera bertaubat tanpa menunda, karena saat ajal tiba, pintu taubat tertutup.

Atsar dari Salaf dalam Berlomba kepada Kebaikan

Para salafush shalih jika mendengar satu ayat atau hadits tentang keutamaan amal shalih, mereka segera bersegera untuk mengamalkannya secara nyata. Mereka menjadi teladan bagi umat dalam menjaga waktu dan berlomba kepada kebaikan.

Seorang ahli balaghah berkata:
"Barangsiapa yang melewati harinya tanpa menunaikan hak yang wajib ditunaikan, atau kewajiban yang dilaksanakan, atau kemuliaan yang ditinggikan, atau pujian yang diraih, atau kebaikan yang dibangun, atau ilmu yang dipetik, maka sungguh dia telah durhaka kepada harinya dan menzalimi dirinya." Adab ad-Dunya wa ad-Din, hal. 55

Maksudnya, seorang muslim tidak pantas hidup dalam keadaan kosong dan menganggur, melainkan hendaknya selalu disibukkan dengan kebaikan dunia ataupun kebaikan akhirat.

Umar bin Khattab رضي الله عنه berkata:
"Aku benar-benar membenci jika melihat salah seorang dari kalian dalam keadaan sia-sia, tidak sibuk dengan urusan dunia dan tidak pula dengan urusan akhirat."

Ibn Mas‘ud رضي الله عنه berkata:
"Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku terhadap satu hari yang mataharinya telah terbenam, berkuranglah umurku namun tidak bertambah amalanku." Miftah al-Afkar li at-Ta’ahhub li Dar al-Qarar (1/221)

Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata:
"Dunia ini berjalan pergi menjauh, dan akhirat datang mendekat. Keduanya memiliki anak-anak (pengikut). Maka jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi anak-anak dunia. Hari ini adalah waktu beramal tanpa hisab, dan esok adalah waktu hisab tanpa amal." Diriwayatkan al-Bukhari secara ta‘liq dalam Shahih-nya, Bab tentang Panjang Angan-angan (sebelum no. 6417).

Abdullah bin Umar رضي الله عنهما berkata:

«إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ»
"Apabila engkau berada di sore hari, jangan tunggu pagi. Dan apabila engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sore. Ambillah dari sehatmu sebelum sakitmu, dan dari hidupmu sebelum matimu." Shahih al-Bukhari (6416)

Al-Fudhail bin ‘Iyadh رحمه الله berkata:
"Jika engkau mampu agar tidak ada satu hembusan napas pun kecuali dalam ketaatan kepada Allah, maka lakukanlah."

Sufyan ats-Tsauri رحمه الله berkata:
"Jika engkau mampu agar tidak ada seorang pun yang lebih dahulu menuju Allah darimu, maka lakukanlah." Jami‘ al-‘Ulum wa al-Hikam, Ibnu Rajab (2/383)

Al-Hasan al-Bashri رحمه الله berkata:
"Dunia ini hanyalah tiga hari: kemarin yang telah pergi dengan segala isinya, esok yang mungkin engkau tidak akan menjumpainya, dan hari ini adalah milikmu, maka beramallah di dalamnya."

Abu ad-Darda’ رضي الله عنه berkata:
"Wahai anak Adam, injaklah bumi dengan kedua kakimu, sebentar lagi ia akan menjadi kuburmu. Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu maka sebagian darimu ikut pergi. Wahai anak Adam, engkau senantiasa meruntuhkan umurmu sejak hari ibumu melahirkanmu." Tarikh Dimasyq, Ibnu Asakir (47/171)

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله berkata:
"Menyia-nyiakan waktu itu lebih buruk daripada kematian. Sebab kematian hanya memutuskanmu dari dunia, sementara menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan dari akhirat." al-Fawaid, hal. 44

Buah dari Berlomba dalam Kebaikan

Bersegera dalam ketaatan bukanlah sekadar perilaku sesaat, melainkan jalan hidup yang mendatangkan bagi seorang mukmin sebesar-besar faedah di dunia dan akhirat. Di antaranya:

1- Cinta Allah dan keridhaan-Nya

Allah Ta‘ala berfirman:

﴿إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)﴾ [البينة]

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Surah al-Bayyinah: 7–8)

Maka orang yang bersegera kepada kebaikan akan mendapatkan tujuan tertinggi: keridhaan Allah kepadanya.

 

2- Dihapuskan dosa-dosa dan ditinggikan derajat

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

«أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ.»

“Mahukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan meninggikan derajat?.”

Mereka menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu pada saat-saat yang sulit, banyak melangkahkan kaki menuju masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. Itulah yang disebut dengan ribath (berjaga di jalan Allah).” [Shahih Muslim (251)]

Hadits ini menunjukkan bahwa kesungguhan dan bersegera dalam ketaatan adalah sebab bagi tingginya kedudukan.

 

3- Ketenangan hati dan ketenteraman jiwa

Allah Ta‘ala berfirman:

﴿الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ﴾ [الرعد: 28]

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Surah ar-Ra‘d: 28)

Maka orang yang memperbanyak mengingat Allah dan melakukan kebaikan akan merasakan kesejukan ketenteraman, dan hidup dalam kebahagiaan yang stabil.

Dan kita akan lanjutkan pada faedah berikutnya, dengan izin Allah Ta‘ala, seraya memohon kepada-Nya taufik dan bimbingan.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bersegera menuju kebaikan, mendahului menuju surga, dan diberi taufik untuk taat kepada-Mu sepanjang malam dan siang.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para sahabat beliau seluruhnya.

Apakah kamu merasakan manfaat Artikel ini?

Selengkapnya:

https://tafsir.app/tabari/2/148 

https://tafsir.app/ibnkathir/2/148


 

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. 

Allahumma salli wa sallim wa barik ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma'in.

#AlMosalySahabatIbadahMu

📝 Silahkan Tulis komentar kamu disini, semoga jadi inspirasi bagi yang lain. 

Bagikan tulisan ini, ingatkan saudaramu…

“Siapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi pahala orang yang mengamalkannya." (HR. Muslim)

Mencari

Paling banyak terjual

Artikel terkait

2025/08/06
277

Qiyamullail: Lentera Orang Beriman di Kegelapan Dunia

Di tengah keheningan malam, ketika manusia telah berbaring di ranjang mereka. Simak selengkapnya

2025/08/10
280

Surah An-Nahl: Surah Nikmat

Penamaan tersebut sesuai dengan tujuan utama dari surah ini, yaitu: menjelaskan berbagai nikmat Allah kepada makhluk-Nya, mengingatkan mereka atas nikmat tersebut, dan mendorong untuk bersyukur serta memperingatkan agar tidak mengingkari nikmat-Nya.

2025/08/21
191

Panasnya Musim Panas dan Pengingat akan Hari Kiamat

Pada hari-hari yang terik ini, ketika panasnya musim panas semakin menyengat dan hati terasa terhimpit oleh teriknya matahari

ellipse
loading

Dengan aplikasi Al-Mosaly, Ketahui masjid terdekat, di mana pun Anda berada, dengan sangat akurat.

Unduh sekarang

Pemrograman Madar © 2025 Semua hak dilindungi undang-undang bagi pemrograman Madar

Powered by Madar Software