
Salah satu makna dari nama Allah “Al-Jabbar” adalah Dia yang memperbaiki keadaan hamba-hamba-Nya dan mencukupi kebutuhan mereka. Makna ini menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dalam hati seorang mukmin, membuatnya merasa rendah hati di hadapan-Nya, dan hanya meminta segala kebutuhan kepada-Nya. Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan kita sebuah doa saat duduk di antara dua sujud, yang berisi permintaan ampun, rahmat, dan pertolongan hanya kepada Allah:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي.
“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah keadaanku, angkatlah derajatku, berilah petunjuk kepadaku, sehatkanlah aku, dan berilah aku rezeki.” (HR. Tirmidzi no. 262, Ibnu Majah no. 898, derajat hadits: shahih)
Rendah Hati kepada Allah dan Sesama Makhluk
Rendah hati kepada Allah terlihat dari kesediaan menerima hukum-Nya dan kebenaran yang diturunkan. Sikap ini juga mencakup rendah hati kepada sesama manusia dengan tidak bersikap sombong atau merasa lebih tinggi dari orang lain. Seorang hamba yang menyadari bahwa sifat kebesaran (Al-Jabarut) hanyalah milik Allah, akan menyadari kelemahannya, merasa takut kepada Allah, dan menghindari sifat angkuh. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan firman Allah:
يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، أَلْقَيْتُهُ فِي النَّارِ».
“Allah berfirman: ‘Kesombongan adalah selendang-Ku, dan kebesaran adalah sarung-Ku. Siapa yang menyamai Aku pada salah satu dari keduanya, maka Aku akan lemparkan dia ke dalam neraka.’” (HR. Ibnu Majah no. 4175, derajat hadits: shahih)
Karena itu, sudah sepantasnya bagi seorang mukmin untuk bersikap rendah hati di hadapan makhluk Allah, membantu sesama, dan mencontoh Nabi Muhammad ﷺ yang merupakan manusia paling rendah hati, lemah lembut, dan penuh kasih kepada para sahabatnya.
Mengagungkan Allah, Takut Kepada-Nya, dan Tawakal Hanya Kepada-Nya
Mengagungkan Allah, merasa takut kepada-Nya, dan hanya bertawakal kepada-Nya dalam mencari petunjuk, taufiq, dan keberhasilan adalah karena hanya Allah yang berkuasa penuh dalam mengatur segala urusan hamba-Nya. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan sebuah zikir dalam rukuk:
سُبْحَانَ ذِي الجَبَرُوتِ، وَالمَلَكُوتِ، وَالكِبْرِيَاءِ، وَالعَظَمَةِ.
“Maha Suci Dzat Yang Memiliki Keperkasaan, Kerajaan, Kesombongan, dan Kebesaran.” (HR. Nasai no. 1004, derajat hadits: shahih)
Doa
اللَّهُمَّ يَا جَبَّارُ اجْبُرْ كَسْرَنَا، وَآمِنْ خَوْفَنَا، وَأَعِذْنَا مِنَ التَّجَبُّرِ وَالْكِبْرِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
“Ya Allah, wahai Al-Jabbar, sembuhkanlah segala luka kami, hilangkan ketakutan kami, dan lindungilah kami dari sifat sombong dan angkuh. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi kami Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.”
Untuk informasi lebih lanjut, lihat “Mausu'ah Syarh Asma' Allah Al-Husna” (1/129-143)
Bagikan artikel ini agar mendapat pahala kepada orang yang kamu cintai dan bimbing mereka kepada kebaikan, dan jangan lupa tinggalkan komentarmu.